Senin, 31 Januari 2011

My first experience be a truly tester


Tanggal 30 Januari 2011 kemarin adalah pengalaman pertamaku menjadi tester psikotes beneran, dalam artian bukan lagi di setting praktikum. Dan aku rasa pengalaman itu harus aku abadikan disini, tak hanya di otak, hee.

Masih inget masa-masa praktikum psikodiagnostika 1 (pengenalan alat tes) sekitar akhir tahun 2009. Di matkul PD1 mahasiswa belajar untuk menggunakan beberapa alat tes psikologi dan langsung “diujicobakan” terhadap subjek praktikum. Dalam praktikum itu tak hanya memahami buku manual tapi juga menghafal. Yapz, harus hafal! Pokoknya saat praktikum, maka menjadi orang yang sangat sistematis, sangat textbook dan sangat tegang adalah WAJAR!

Beberapa waktu kebelakang pimpinan lab psikologi UIN (pak Irfan) mengajakku menjadi tester untuk psikotes siswa-siswa SMKN 8 Bandung. Yaah,, aku putuskan “MAU”, karena..kapan lagi aku menjadi tester beneran? Oke, tahap selanjutnya adalah persiapan: review buku manual, menyiapkan stopwatch, menyiapkan alat peraga, dll. Aku sempat off sekitar 2 hari dari internet demi focus persiapan, haha.

Sebenernya deg-degan juga, karena tak tahu bagaimana bedanya psikotes di setting kehidupan nyata dan praktikum, walaupun praktikum pakai orang juga. Saat praktikum perbandingan tester dan testee 2:8, sekarang 1:20, selain itu testeenya siswa kelas 3 dan laki-laki semua, subhanallah @_@. Pasti bisa!

Ternyata saat pelaksanaannya justru santai, tidak ada rasa khawatir dinilai oleh pembimbing dan di feedback habis-habisan :D. Walaupun untuk observasinya sedikit kewalahan karena belum terbiasa. Instruksi tes tak sekaku waktu praktikum, “oohh kayak gini ya dunia kerja teh”. memang ada beberapa bagian tes yang mengharuskanku menjelaskan berkali-kali karena ada beberapa siswa yang bertanya. Apalagi saat tes kecerdasan, beberapa siswa mengeluh,, “susaaaahh”. Sepertinya semua tes ada keluhan susah, pusing, gak bisa mikir, cape, pengen istirahat, pengen cepet pulang dsb. Hehe..

Yang paling aku ingat saat tes perintah dan tes pauli. Saat tes perintah aku sudah menjelaskan contohnya beberapa kali dan perlahan sampai aku lihat mereka mengangguk-mangguk “ooh”, dan saat aku tanya apakah mereka sudah mengerti, mereka jawab “mengerti” lalu saat tes sudah dimulai, ada beberapa anak mengeluh tak mengerti. aku coba jelaskan kembali, namun belum selesai menjelaskan tiba-tiba terdengar celetukan “aduh buu, kalo contohnya mah udah ngerti, gampanglah. Ini soalnya susah pisan” “iya buuu” yee derita loe itu mah, haha.

Apalagi tes pauli, saat aku menjelaskan caranya, mereka mengangguk-ngangguk semangat, dan ada banyak dari mereka yang mengatakan “langsung aja mulai bu” padahal instruksi belum selesai. Saat mulai mereka masih asik mengerjakan, setengah waktu tes sudah banyak keluhan, bercanda, ngobrol-ngobrol dll.

“udahan ah saya mah, seadanya aja”
“Ini otaknya udah panas, sampe kapan sih teh?”
“aduuhh, piraku 1 + 1 jadi teu bisa”
“moal sakali-kali deui ikutan psikotes!”


Dan aku Cuma tersenyum simpul,, sambil merasakan kaki yang pegal karena tes berlangsung sekitar 6 jam!

Cibiru, 31 Januari 2011 – 21:34

Jumat, 28 Januari 2011

Mata Kuliah Semester 6

Wahh aku udah semester 6 ternyata, tapi masih muda lah, haha (gakpenting.com). Tanggal 26 Januari 2011 hari rabu aku dan kelompok bimbinganku melakukan bimbingan rencana studi untuk semester 6 ini. bimbinganya seperti biasa, selalu mendapat gambaran yang cukup mengenai mata kuliah yang disediakan fakultas. Singkatnya kayak gini:

Mata Kuliah Wajib Semester ini total ada 18 SKS
1. Psikodiagnostika 5/ Intelegensi (3 sks)
Ketemu lagi sama Psikodiagnostika, hehe. Kali ini tes kecerdasan, yaa ngukur kecerdasan seseorang lah dengan menggunakan beberapa alat ukur psikologi. IQ tuh salah satu output nya. Ini matakuliah berpraktikum

2. Psikodiagnostika 6/ bakat dan inventori (3 sks)
Yaa kurang lebih ngedeteksi bakat n minat seseorang. Praktikum juga nih ^_^

3. Metodologi Penelitian III (2 sks)
Belajar metodologi penelitian di psikologi n outputnya bikin proposal, tapi bukan proposal kegiatan kayak buat minta dana ya.. apalagi proposal nikah, hihi. Bukan… bukan itu.. tapi bikin proposal buat skripsi.

4. Psikoterapi Dewasa Anak (2 sks)
Belajar terapi psikologi secara praktis, baik untuk dewasa maupun anak. Mungkin nantinya banyak latihan jadi terapis yang baik dan benar kali ya

5. Psikologi Pendidikan II (2 sks)
Lanjutan dari psi. pendidikan 1 … ya iya lah. Haha

6. Managemen Sumber Daya Manusia (2 sks)
Bidang Psikologi industry dan organisasi (PIO) nih.. belajar mengelola SDM, misalnya MSDM di setting perusahaan, ni karyawan mau digimanain ya, perlu ada pelatihan gak, perlu ada kenaikan jabatan gak, dll. Ini matkul yang aplikatif banget, siippzlah ^^b

7. Kode Etik (2 sks)
Belajar etika saat jadi orang yang berkecimpung dibidang psikologi. Bakal ketauan tuh mana “lahan”nya sarjana psikologi mana “lahan”nya psikolog. Termasuk hubungannya dengan profesi lain.

8. Hadits (2 sks)
Pas liat ada matkul ini di semester 6 kaget juga, “hari gini masih ada MKDU?” haha. ya bukan gak mau belajar hadits, mau banget, tapi itu MKDU yang membebani SKS mahasiswa eum.. pengennya gak ada MKDU lagi :’(


Mata Kuliah Pilihan, total 6 SKS

Ini nih yang bikin bingung setengah mati. Beneran deh, matkul pilihan semester ini BANYAK banget yang aku pengen ambil. Hampir semua pengen, huhu. Tapi harus ngambil 6 SKS, hiks. Aku pengen ngambil Rehabilitasi social, assessment centre, tes klinis anak, (TKA) pelatihan, Rorschach, Psikologi Perilaku Seksual, Psikologi Bencana dll. Tapiii ya itu tadi harus ngambil 6 SKS.

Setelah dikerucutkan aku minat banget di TKA, Assessment Centre dan Rorschach, berarti total 8 SKS, gak boleeehhh!! Tadinya aku mau ngambil TKA n rorschach aja tapi jadi 5 SKS, gak boleh juga.. ntar bakal ada hutang SKS coz ternyata maksimal total SKS di S1 psikologi UIN Cuma 148. Semester 7 gak bakal ada matkul pilihan lagi, huaaahh @_@.

Paling pengen ngambil Rorschach,, tapi Cuma 2 SKS secara otomatis 4 sks yang lainnya harus ngambil selain yang 3 sks, apa coba? Psikologi bencana? PPS? Psi keluarga? Aaaahhh tidaaakk!!! Itu mah Cuma pengen ikut kul nya aja, bukan buat di ambil lalu mengorbankan matkul yang bener-bener aku minati . Akhirnya dengan berbagai dinamika yang terjadi di dalam diriku, aku memutuskan buat ngambil yang 3 SKS. Selamat tinggal Rorschach… >.<

9. Tes Klinis Anak (3 sks)
Ini berhubungan sama tes buat anak-anak di bidang klinis, misalnya mendeteksi keabnormalitasan yang terjadi pada si anak. Coz, kata dosen aku anak-anak sekarang mah kelainannya lebih aneh-aneh dibanding dulu, patologi2 di anak2 jaman sekarang tuh dulu mah “teu usum” (gak musim/ gak biasa) haha.

10. Assessment Centre (3 sks)
Nah ini matkul keren, bekal buat kerja d HRD nih. Kita bakal tau cara recruitment, selection and placement, dll hehe. Katanya kalo di assessment centre nilai kita bagus, nanti diperbolehkan untuk ikut pelatihan assessment lanjutan selama 3-14 hari. Dan kalo performance kita bagus, bisa di magangkan di perusahaan tertentu. Ingat, dengan catatan NILAI BAGUS! hee

For Your Information, kenapa aku begitu minat di Rorschach, coz menurut aku Rorschach itu tes yang paling “wah” di psikologi, khusunya klinis. Dari Rorschach kita bisa tau kepribadian orang, bisa tau potensi intelegensinya dan yang sekarang terpakai berapa bagian dari potensi itu, bisa tau apakah seseorang itu berpotensi Skizofrenia atau bahkan memang skizofren “gila”, dll. Nah lho… mungkin nanti ikut kuliahnya aja (jadi mahasiswa penyelundup). Kenapa aku rela meninggalkan Rorschach ini? coz selain nanti mau ikut kuliahnya aja, nanti juga di Magister Profesi Psikologi Klinis bakal ketemu sama Rorschach. insyaAllah semoga bisa lanjut ke profesi.. aminn ^_^

Finally, semester ini aku ngambil 24 SKS. Semoga ini pilihan yang terbaik dari Allah, semoga Allah selalu memudahkan dan meridhoi, semoga dosen-dosennya diberi pahala atas ilmu yang diberikan dan tentu saja semoga ilmunya bermanfaat ^_^. Robbi dzidni ‘ilma wardzukni fahma.. Bismillah ^_^/. SemangkA!!

Minggu, 23 Januari 2011

teras abdi kedah kumaha?*

Pernah merasa bingung harus berbuat apa? Begini salah, begitu salah, apa yang dilakukan atau diucapkan selalu dianggap salah. Pernah begitu kah? Aku pernah… haha (curcol).

Prolog
Dalam studi psikologi perkembangan, ada suatu fase perkembangan pada anak sekitar usia 3 tahunm yaitu fase negativistik. Hal itu dialami oleh hampir semua anak. Fase negativistic misalnya ketika ibunya jauh, si anak nangis gak mau ditinggalkan, tapi ketika ibunya dekat-dekat si anak juga ngamuk dan mukul-mukul ibunya. Contoh lain ketika memakai baju, dibantuin gak mau, gak dibantuin malah merengek. Yaa namanya juga anak-anak.. :D

Senada juga dengan cerita seorang anak dan ayahnya dengan seekor keledai, saat mereka menuntun keledainya orang-orang disitu mengolok-oloknya “kenapa gak di naikin aja tu keledai”, saat anaknya menaiki keledainya orang-orang kembali berkomentar “ keterlaluan, ayahnya dibiarkan jalan sedang dia menaiki keledai”, lalu giliran ayahnya yang naik ada komentar juga “apa ayahnya gak kasian ke anaknya, dia enak-enakan naik keledai anaknya dibiarkan jalan kaki”, lalu mereka menaiki keledainya “tega sekali mereka, keledai yang malang itu dinaiki oleh berdua”. Akhirnya mereka memanggul keledainya, “bodoh!”. **

Begini salah begitu salah
Mungkin kita pernah “terjebak” dalam hal-hal seperti contoh diatas. Saat melakukan A, di komentarin, lalu pindah ke B di kritik, melakukan C di salahin. Kalo diam? Lebih salah lagi. Haduu haduuu… bunuh aja gue!!
Kadang ada, karena ada suatu hal yang tak disukai sama seseorang, jadi mengeneralisir perilaku “gak suka”nya itu disemua hal terhadap orang tersebut. Maunya oposisi terus, maunya bertentangan sama dia, walaupun pendapatnya sama tapi kita itu BEDA, entah itu bahasanya yang dibedain, entah itu tidak mau mengakui ide orang yang tidak disukai, tak mau mengakui kehebatannya, meremehkan prestasinya, dll. Apalagi jika rasa tidak sukanya itu tanpa alasan yang jelas, wah.. kacau!

Saat orang yang tidak disukai mengajak berdamai, baik secara eksplisit maupun implisit, tapi tetap saja dia tak mau melakukannya. Saat orang itu menanyakan ia harus bagaimana agar dia mau “menerima”nya, dia tetap ogah. Kayaknya si orang itu jadi bertanya, teras abdi kedah kumaha?

Mari kita merefleksikan diri, apa mungkin kita pun seperti itu? Jangan-jangan tendensi ketidaksukaan kita pada seseorang membuat kita BERBUAT TIDAK ADIL pada orang itu. Padahal orang itu tak melakukan kesalahan apa-apa. Saat kita anggap dia tak memberikan kontribusi, tak sesuai dengan bayangan ideal kita, tidak berperilaku menyenangkan, BISA JADI sebenarnya dia sudah berusaha.

Jangan sampai rasa tidak suka pada suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil.
Oke, kalau memang dia melakukan sesuatu yang kita anggap salah (terutama kesalahan pada diri kita) dan kita tidak mau memaafkan atas kesalahan itu, sekali lagi, mengapa harus berbuat tidak adil? Kan jadi rugi di kita, haha. Dia yang salah, kita yang gak adi. Bener-bener rugi, iya kan? Slow down ajah lah, gak cape gitu jadi “oposisi” terus. Apalagi jika sampai memutuskan tali silaturahim, tidak mau menyapa, bersikap dingin, tidak mau bertemu, atau sekalinya “silaturahim” cuma mau kripik..eh kritik atau nyindir aja! waaahh hak saudaranya jadi tidak terpenuhi kan.. ckck..

Epilog
Kita bukan anak-anak lagi yang perilakunya bisa dimaklumi oleh orang lain. Tak ada fase perkembangan negativistik yang lumrah pada orang dewasa. Kritik sana sini, komentar ini itu ya boleh saja, asalkan ada bukti ada fakta dan tidak berprinsip “pokoknya ….. !”. Jangan sampai persaudaraan ataupun ukhuwah yang telah dibangun ternodai dengan dzon/prasangka yang tak baik. Mari sama-sama berhijrah ke diri yang lebih baik lagi..

*Lalu, saya harus bagaimana?
**cerita ini didapat waktu SMA kelas XII

Cianjur, 23 Januari 2011 – 00:06

Rabu, 19 Januari 2011

Nongkrong di Poli Jiwa

normal - schizophrenia
“kok nomor 105 udah dipanggil, saya yang nomor 86 belum dipanggil juga”
“pak nomor antrian 91 udah dipanggil belum?”
“pak yang ada aja lah, jangan manggil orang yang gak ada”


Kurang lebih itu kalimat yang terucap dari orang-orang yang berada di ruang tunggu poli jiwa RSUD Cianjur saat aku berada disitu. Eiits.. tunggu, tujuanku diam disitu bukan berarti buat ikut ngantri tapi sedang belajar observasi langsung. Ya tujuannya sih hanya ingin melihat lebih dekat pasien yang mengalami gangguan psikis. Melihat tingkah laku mereka, mendengarkan cerita dari keluarga pasien, mengingat materi kuliah, dan tentu saja mengambil berbagai hikmah yang telah Allah sajikan.

Ceritanya tadi siang aku kembali nongkrong disana, mumpung lagi libur di Cianjur. Saat itu aku cukup heran dengan keadaan RSUD Cianjur yang sedikit berubah, ya walaupun aku tau disana sedang melakukan pembangunan,, tetep weh sedikit surprise, haha. yang membuat surprise adalah ruang tunggu di depan poli jiwa dan psikologi tadinya berukuran kecil dengan sekitar 2-3 kursi tunggu. Sekarang sudah mencapai 7 kursi tunggu (kursi tunggu yang panjang itu lho). Belum lagi, dari hasil observasiku, para pasien jiwa dan pengantarnya melakukan ekspansi ke kursi tunggu untuk poli kandungan yang kuantitasnya tidak jauh berbeda.

Point yang diambil yaitu “wah berarti tambah laku juga ya poli jiwa n psikologi teh?”. Ditambah data dari sumber informasi yang terpercaya dan observasi juga, bahwa poli jiwa dan psikologi merupakan poli yang paling lama buka. Mungkin poli-poli yang lain hanya sampai jam 12.00 – 13.00, tapi poli ini bisa sampe jam 16.00. Dan memang sih hanya buka hari rabu saja :D. point penting dari point “laku”nya poli itu adalah apa berarti pasien yang mengalami gangguan jiwa semakin bertambah? Ada apa dengan mereka? Ada apa dengan manusia? Sebegitu kuatkah stress hidupnya? Sebegitu kacaukah pola asuh keluarganya? Sebegitu buruk kah lingkungannya? Mungkin mungkin dan mungkin! Semuanya mungkin menjadi penyebab. Walaupun ada juga yang bersifat organik (kerusakan otak, masalah genetik).

Prinsip kesehatan itu kan selain melakukan pengobatan juga melakukan pencegahan, bukan begitu? Jadi ya aku acungin jempol buat RSUD yang udah memperbaiki fasilitas untuk poli jiwa, ya seenggaknya jadi tertampung pasien yang sebanyak itu, dan aku liat animo masyarakat dalam hal pengobatan psikis sudah mulai ada kemajuan, yang tadinya mirip “eksorsisme” (pengusiran roh jahat) sekarang dah percaya dengan usaha medis. :)

Nah langkah yang penting adalah pencegahan, kita harus banyak-banyak introspeksi pola asuh keluarga, mengenai lingkungan, mengenai konsep diri, mengenai pikiran kita, Karena semua itu cukup banyak mempengaruhi kondisi psikis ataupun kepribadian kita. Sering kita hanya sibuk memperhatikan kondisi fisik dan melupakan kondisi psikis kita, nutrisi bagi psikis itu penting lho :)

Finally,, Hari ini aku ngobrol dengan seorang ibu-ibu yang mengantar saudaranya. Singkatnya beliau mengatakan:

“dia punya gangguan syaraf kemaren sempat di opname, jadi dia teh suka menggerakan mulutnya hingga mengeluarkan suara ‘clap clap clap’ (mirip orang makan), kadang ngomong sendiri, dan suka manggil manggil nama istrinya. Kan udah cerai tu sama istrinya, padahal udah punya anak 1. Istrinya selingkuh dan nikah lagi, malahan sekarang udah punya anak dua istrinya teh. Emang sih istrinya cantik, makanya dia kalo lagi kumat suka manggil nama istrinya. Dia mah suka makan banyak, kalo dilarang gak boleh makan, tetep aja makan, udah gitu ngerokok terus. Tapi dia kaya, kesini aja bawa mobil sendiri”

Hm.. aku coba mengingat-ngingat materi kuliah.. tuing tuing tuing banyak materi yang berlari-lari di pikiranku terutama materi psikologi abnormal.

“Ooh mungkin gangguan ini,, hm.. tapi kok ada perilaku ngomong sendiri, mungkin gangguan itu. Eh nggak nggak.. bisa jadi ada comorbid. Tapi masa sih comorbid sama gangguan itu, lah syarafnya gimana? Hmm.. apa ya yang menyebabkan di seperti itu? Apa karena istrinya yang selingkuh? Atau memang ada brain injury? Atau.. atau…"


Tadinya aku mau melakukan probing (penggalian informasi yang belum jelas), tapi keburu ada hal yang menarik perhatian hampir semua orang disitu: kedatangan si “orang gila”. Orang-orang disana sibuk melihat kehadiran orang gila itu. Katanya si dia (orang gila) lagi dijalan, dia suka ngerusak taman, gangguin pedagang-pedagang kaki lima. Pokoknya si dia tuh cukup mengganggu. Oleh sebab itu si dia dibawa oleh masyarakat ke poli jiwa.

Menurut si ibu-ibu yang sedari tadi ngobrol denganku, itu merupakan program pemerintah katanya supaya Cianjur bersih!

“makanya neng, orang gila harus diamankan supaya tidak merusak keindahan, padahal mah orang gila yang dari Cianjur tuh buangan dari Bandung, nah yang dah di Cianjur kota ini diangkut ke Cianjur Selatan. Ya itu tadi supaya tidak mengganggu keindahan kota”

“oohh” nyengir kuda sambil terpikir kembali ideku yang dulu: ADVOKASI “ORANG GILA” JALANAN ..!!! hehe

“tuh neng, orang gilanya masih muda. Keliatannya mah cakep ya?”

“ ... “

“kalo dimandiin trus rambutnya dicukur jadi rapi tuh neng, kayaknya bakal lebih keliatan deh cakepnya”

“hee” iya sih masih muda… iya gitu cakep? Hmm… GILA? Haaahhh tidaaaakkkzzz!

Sabtu, 15 Januari 2011

I’m back! Liburan telah tiba!

Akhirnya liburan juga,, terakhir UAS tanggal 7 januari. Huhuyy legaaa..
Banyak banget kejadian-kejadian selama beberapa waktu terakhir. Kejadian-kejadian itu walaupun tak semuanya indah akan menjadi gradasi warna dalam hidupku yang membuat hidupku indah. Hingga semuanya memunculkan ekspesi emosi tersendiri bagiku.. senang, sedih, marah, kesel, cinta, cemburu, khawatir, dll. Kali ini sebelum aku memulai aktivitas seperti semula, aku ingin berbagi penggalan-penggalan kisahku beberapa waktu kebelakang. Cekidot!

UAS semester ini ditutup dengan sebuah kekecewaan euy, sedih lah. Bayangkan, ini adalah mata kuliah pilihan –secara logika kita sendiri diberi kebebasan mau ngambil ato nggak. Tapi ketika kuliah orang-orang yang masuk Cuma 5-15 orang, gak masalah emang kalo bener jumlahnya segitu.. lah ini pas UAS tiba2 orang2nya jadi sekitar 40 lebih. Berarti yang ngambil mata kuliah itu banyak kan? Pas UAS gak di awasin ma dosennya, tapi ma asistennya.. dan kamu tau? Hampir semua di kelas itu saling bekerja sama n’ nyontek ke buku.. sediihh pisan 

Oy, aku belum ngerjain salah satu tugas UAS,, sekarang udah H +17.. apa kabar nilaiku? Satu2nya mata kuliah yang aku tidak sukai padahal mata kuliah pilihan, astagfirullah… gak lagi lagi deh. Mlm ini insyaAllah aku kerjakan. Bismillah.. (dengan alasan: jangan sampe ni tugas ganggu liburan aku! Haha)

Kemaren abis musyda KAMMI bandung, aku, aya n ntut pergi ke pangandaran. Cuma bertiga dengan modal: pengen refreshing!! Padahal kami bertiga gak tau jalan ke pangandaran, tapi kan Allah menciptakan otak untuk berpikir, hoho.. liburan ke pangandaran menyenangkan! Suatu saat aku mau kesana lagi ah (sama pangeran berkuda putih, maybe?)

KAMMI UIN resmi dimekarkan, jadi KAMMI Profetik dan KAMMI Progressif. Aku sendiri jadi anggota di Progressif. Setelah banyak pro dan kontra, setelah berdebat, berargumen, mencari solusi sampe kepala ini sakit, akhirnya pemekaran itu terjadi juga dengan proses yang cukup panjang. Syukron yang telah membantu.. khususnya pengurus KAMMI UIN, alumni, pengurus kamda dan juga pengurus KAMMI di komsat2 lain 

Kejadian yang lainnya.. hm.. aku harus menjaga hati,, umm.. gimana ya.. Mungkin aku tak bermaksud apa-apa, tapi perilaku aku jadi menunjukkan “maksud apa-apa”, hee.. satu tamparan buat aku. Hm.. semua ada hikmahnya. Iya kan? aku belajar cuek ah.. dingin.. ya ya ya belajar belajar! Dan suatu saat Allah akan menunjukkan sesuatu yang indah untukku yah?

Kejadian yang lainnya.. pulang kerumah awalnya mau jumat pagi,, tapi gak enak ngapa2in euy,, pulangnya sore padahal ke UNISBA juga nggak,,, di perjalanan pulang di dalem bis aku disuguhi lagu ST12 sama pengamen setengah album! Wah bener tuh niat banget ya yang ngamen, two thumbs up d^_^b

Di rumah biasanya aku ngerasa betah bgt, males ke bandung lagi :D. Kalo terdengar bunyi sms ke hp aku, si ibu n si papah suka ngomong “aduhh tetep sibuk. neng.. bilangin tuh ke temen2 sekarang mah liburan dulu gituh” hahahaha.. tadi siang juga pas aku ngomong ntar kamis-jumat ada acara organisasi si ibu bilang “jelek ah, kan liburannya sampe tanggal 7 feb” hihi..ortuku ortuku 

Yep,, segitu dulu penggalan-penggalan kisahnya.. mungkin ada beberapa kisah aku bahas tersendiri di postingan berikutnya. Udah kangen banget sama blog ini. sekarang ada salju-saljunya,, tapi sayang ukuran saljunya terlalu kecil, sampe-sampe temenku bilang “jadi mirip ketombe” jyaaaaahhh ngajak perang dia! :p sebenernya nyari hujan air, soalnya aku suka hujan.. tapi gak ada. Sementara salju dulu deh ;)

Cianjur, 15 Januari 2011 – 22:40
(sambil makan pisang goreng cokelat pake susu cokelat buatan ibu)

tambahan:
registrasi di UIN dimulai dari tanggal 5-14 Januari 2011. aku GAK REGISTRASI BUAT PBI. di DO kali yah? hihi :D

Rabu, 05 Januari 2011

belum tentu...



Pernah aku mendengar sebuah kata-kata semangat dari seorang ikhwah fillah, kata yang diucapkan mungkin hanya sekilas saja, namun Allah telah membuat kata-kata itu terngiang-ngiang hingga saat ini. “belum tentu…” sudah 6 bulan tersimpan baik di memoriku.
Saat itu sedang rapat untuk menyambut masa penerimaan mahasiswa baru, kurang lebih dia mengatakan
berikanlah pelayanan yang terbaik pada mereka, saat ini, dengan sesegera mungkin, karena belum tentu ada hari esok, belum tentu sore ini kita masih bisa beramal sholeh, belum tentu 1 jam kedepan kita masih hidup, siapa yang akan menjamin kita masih bisa bernafas setelah ini, belum tentu saudaraku…
Ya.. memang belum tentu, semuanya belum tentu.. kita akan mengetahui ketentuan-Nya saat semua telah terjadi.

Benar…
Belum tentu ada hari esok, mengapa aku masih menyia-nyiakan waktu saat ini? Mengapa aku lebih senang menghabiskan waktuku untuk urusan duniawi? mengapa begitu sulit merelakan beberapa waktu saja untuk mengingat-Nya? Apa waktuku bisa aku pertanggungjawabkan kelak di yaumil akhir?

Belum tentu beberapa waktu kedepan aku masih bernafas, mengapa aku tak pandai bersyukur atas yang diberikan-Nya? Bahwa udara yang aku hirup, setiap helaan nafas, setiap detak jantung, setiap denyut nadi adalah mutlak anugerah dari-Nya. Sungguh seharusnya tak ada celah sedikitpun untuk tidak bersyukur. Maka nikmat Tuhanku yang manakah yang akan aku dustakan?

Belum tentu apa yang kita inginkan adalah yang terbaik dari Allah, mengapa aku masih saja bersikukuh dengan keinginanku? Padahal Allah telah menjamin akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Belum tentu yang menurut kita baik adalah baik menurut Allah, dan belum tentu menurut kita buruk adalah buruk menurut Allah.. karena Allah hanya akan memberikan apa yang aku butuhkan bukan yang aku inginkan.

Belum tentu sesuatu yang aku miliki akan aku miliki selamanya, bukankah semua hanya titipan? Bukankah suatu saat Sang Pemilik bisa mengambil milik-Nya kapanpun, dimanapun dan dengan cara apaupun? Lalu mengapa aku harus khawatir dengan semua yang bukan milikku? Padahal segala sesuatu berasal dari-Nya dan pasti akan kembali kepada-Nya

Benar..
Belum tentu aku berada diatas, adakalanya berputar jadi dibawah, jatuh, tersungkur hingga terluka. Mengapa harus takut? Mengapa harus sedih berkepanjangan? Padahal telah jelas Allah akan manaikkan derajat orang yang bisa bersabar dengan ujian, padahal Allah selalu memberikan kemudahan setelah kesulitan, padahal Allah telah memberikan potensi pada kita untuk menghadapinya, lalu mengapa aku masih saja mengeluh atas ketidaknyamanan itu?

Belum tentu..
Belum tentu aku memiliki kesempatan merasakan indahnya dakwah esok hari
Belum tentu aku masih bisa menikmati sholatku di malam ini
Belum tentu aku bisa mendengarkan alunan indah suara adzan
Belum tentu semua kebahagiaan yang dirasakan hari ini selalu seperti ini
Belum tentu..
Yaa.. semuanya belum tentu.

Hanya Allah yang berhak menentukan segala hal, hanya bersama Allah segalanya akan lebih terasa mudah, hanya bersama Allah segalanya menjadi indah…


Cibiru, 5 Januari 2011 – 00:35