Jadi ceritanya aku malu sekaligus terharu dan insyaAllah mau
belajar.
“Neng, tilawah dulu” kemudian dia mengambil mushaf nya dan
bertilawah
“Neng, tuh liat
kamarnya kotor belum disapu” kemudian dia mengambil sapu dan menyapu kamar
“Baju kotornya udah
harus dicuci” dia pergi menyimpan baju kotor ke mesin cuci lalu mencuci
“Neng, sholatnya kok cepet?” kata dia yang tidak alfa untuk
sholat dhuha setiap hari.
Apapun bentuknya itu, himbauan, suruhan atau sekedar
mengingatkan, kadang aku ikuti kadang nggak. iya, kadang diikuti kadang nggak.
Ada alasan, atau hanya diam. Ada pembenaran atau aku hanya sekedar melontarkan
komentar “nanti”.
Aku malu. Belum menjadi wanita yang sangat telaten dalam
mengurus rumah. Belum juga menjadi wanita yang bisa sepenuhnya menyenangkan
hati suami. Ibadah pun kadang naik turun. Aku malu, saat semua itu ada padaku, dia
tetap ada untuk selalu menghebatkan.
Aku terharu. terharu
akan kesabarannya dalam memberikan teladan. Tidak berhenti. Istiqomah dalam
melakukan kebaikan, memberikan contoh dengan caranya. memberikan teladan setiap
ada kesempatan. Memberikan waktu istrinya untuk belajar dari keadaan.
insyaAllah aku belajar dan akan terus belajar. Memahamimu
dari setiap kejadian yang dilewati, menaatimu atas segala kebaikan yang
dikehendaki, menjauhi yang menyulut amarahmu dan berkontribusi untuk saling menguatkan,
menghebatkan, agar bisa sepertimu yang sabar menjadi teladan.
Cianjur, 1 Desember 2014 – 21:43
[untuk suamiku dengan kesabarannya, terimakasih…]