Senin, 31 Januari 2011

My first experience be a truly tester


Tanggal 30 Januari 2011 kemarin adalah pengalaman pertamaku menjadi tester psikotes beneran, dalam artian bukan lagi di setting praktikum. Dan aku rasa pengalaman itu harus aku abadikan disini, tak hanya di otak, hee.

Masih inget masa-masa praktikum psikodiagnostika 1 (pengenalan alat tes) sekitar akhir tahun 2009. Di matkul PD1 mahasiswa belajar untuk menggunakan beberapa alat tes psikologi dan langsung “diujicobakan” terhadap subjek praktikum. Dalam praktikum itu tak hanya memahami buku manual tapi juga menghafal. Yapz, harus hafal! Pokoknya saat praktikum, maka menjadi orang yang sangat sistematis, sangat textbook dan sangat tegang adalah WAJAR!

Beberapa waktu kebelakang pimpinan lab psikologi UIN (pak Irfan) mengajakku menjadi tester untuk psikotes siswa-siswa SMKN 8 Bandung. Yaah,, aku putuskan “MAU”, karena..kapan lagi aku menjadi tester beneran? Oke, tahap selanjutnya adalah persiapan: review buku manual, menyiapkan stopwatch, menyiapkan alat peraga, dll. Aku sempat off sekitar 2 hari dari internet demi focus persiapan, haha.

Sebenernya deg-degan juga, karena tak tahu bagaimana bedanya psikotes di setting kehidupan nyata dan praktikum, walaupun praktikum pakai orang juga. Saat praktikum perbandingan tester dan testee 2:8, sekarang 1:20, selain itu testeenya siswa kelas 3 dan laki-laki semua, subhanallah @_@. Pasti bisa!

Ternyata saat pelaksanaannya justru santai, tidak ada rasa khawatir dinilai oleh pembimbing dan di feedback habis-habisan :D. Walaupun untuk observasinya sedikit kewalahan karena belum terbiasa. Instruksi tes tak sekaku waktu praktikum, “oohh kayak gini ya dunia kerja teh”. memang ada beberapa bagian tes yang mengharuskanku menjelaskan berkali-kali karena ada beberapa siswa yang bertanya. Apalagi saat tes kecerdasan, beberapa siswa mengeluh,, “susaaaahh”. Sepertinya semua tes ada keluhan susah, pusing, gak bisa mikir, cape, pengen istirahat, pengen cepet pulang dsb. Hehe..

Yang paling aku ingat saat tes perintah dan tes pauli. Saat tes perintah aku sudah menjelaskan contohnya beberapa kali dan perlahan sampai aku lihat mereka mengangguk-mangguk “ooh”, dan saat aku tanya apakah mereka sudah mengerti, mereka jawab “mengerti” lalu saat tes sudah dimulai, ada beberapa anak mengeluh tak mengerti. aku coba jelaskan kembali, namun belum selesai menjelaskan tiba-tiba terdengar celetukan “aduh buu, kalo contohnya mah udah ngerti, gampanglah. Ini soalnya susah pisan” “iya buuu” yee derita loe itu mah, haha.

Apalagi tes pauli, saat aku menjelaskan caranya, mereka mengangguk-ngangguk semangat, dan ada banyak dari mereka yang mengatakan “langsung aja mulai bu” padahal instruksi belum selesai. Saat mulai mereka masih asik mengerjakan, setengah waktu tes sudah banyak keluhan, bercanda, ngobrol-ngobrol dll.

“udahan ah saya mah, seadanya aja”
“Ini otaknya udah panas, sampe kapan sih teh?”
“aduuhh, piraku 1 + 1 jadi teu bisa”
“moal sakali-kali deui ikutan psikotes!”


Dan aku Cuma tersenyum simpul,, sambil merasakan kaki yang pegal karena tes berlangsung sekitar 6 jam!

Cibiru, 31 Januari 2011 – 21:34

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum..
    salam ukhuwah blogger muslim.
    experience is very important for us and i think you got a good chance that every people who wants to be like you (be a good tester)

    BalasHapus
  2. wslm..
    yupz, semoga Allah selalu memudahkan perjalanan ini dan memberikan keridhoan-Nya.. amiinn

    *apa tuh bahasa inggrisnya?*
    :D

    BalasHapus