Selasa, 06 Juli 2010

Menjadi dewasa itu pilihan



“menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan”


Kalimat itu terasa tak asing ditelinga, karena memang sangat sering orang ucapkan. Dalam psikologi di bahas bahwa usia seseorang itu di masukkan dalam beberapa kategori.

1.Usia kronologis, yaitu usia yang dihitung dari jumlah tahun yang sudah dilewati seseorang, misalnya 1 tahun atau 30 tahun.
2.Usia biologis, yaitu usia yang ditentukan berdasarkan kondisi tubuh hal ini dapat terjadi jika seseorang menjadi tua.
3.Usia psikologis, yaitu usia yang diukur berdasarkan sejauh mana kemampuan seseorang merasakan dan bertindak. Hal ini dapat terjadi misalnya seseorang yang berumur 70 tahun merasa lebih muda atau seseorang yang berusia 20 tahun dapat mengambil suatu keputusan.

Usia-usia tersebut tak selamanya berjalanan beriringan (seperti kebanyakan orang). Bisa jadi usia kronologisnya 27 tahun, usia biologisnya seperti orang yang berusia 15 tahun (baby face), sedangkan usia psikologisnya seperti usia 18 tahun (remaja). Namun pernyataan “menjadi tua itu pasti” adalah benar adanya,, karena usia kronologis akan terus berjalan tanpa bisa di stop atau diperlambat (kecuali pemalsuan identitas, umur 38 ngaku-ngaku 28, jyaahh).

Sedangkan usia psikologis itu benar-benar suatu pilihan. Apa ketika berusia 24 tahun (dewasa awal) sikap kita masih seperti remaja? Ataukah kita akan berusaha untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan usia kita? Walaupun ada banyak hal yang “dibebankan” pada usia dewasa namun tak semata-mata itu akan “membebani” kita. Toh Allah tidak akan membebani seseorang diluar batas kemampuannya.

Sekali lagi ini memang pilihan. Manusia diberikan akal untuk berpikir dan qolbu untuk menimbang. Karenanya Allah “membebaskan” manusia mengambil sebuah pilihan

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (TQS. Asy-Syams: 8)


Jadi siapkah kita menjadi dewasa? Dengan berbagai tanggungjawab, dengan “dunia baru” menjadi seseorang yang lebih matang dalam bertindak. Namun, menjadi dewasa itu tak semata-mata pilihan yang bisa dengan mudah untuk dilewati. Karena menjadi dewasa butuh pengalaman, butuh pengetahuan, butuh kesiapan dari orang itu sendiri. Akan sangat sulit menjadi dewasa tatkala dari kecil hingga, misalnya umur 25tahun, selalu dimanja oleh orangtuanya, tidak pernah diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan. Akan cukup sulit juga ketika memilih menjadi dewasa namun kapasitas diri tak di upgrade. Karena menjadi dewasa bukan hanya mengatakan “ya, saya akan bersikap dewasa”, tapi juga membutuhkan proses antara waktu, kesiapan dan kapasitas.

WAKTU, tentu bukan mentang-mentang baru milad yang ke-20, lalu besoknya bimsalabim langsung dewasa. Tidakssss tidakss! namun usia itu bisa jadi titik tolak memulai bersikap dewasa. KESIAPAN, berhubungan dengan pilihan itu tadi. Apa siap dengan segala konsekuensi baik dan buruknya? Untuk yang terakhir adalah kapasitas. KAPASITAS sangat perlu di upgrade, menambah banyak pengalaman agar dapat banyak mengambil pelajaran/hikmahnya. Mangasah intelektual/logika dengan banyak baca, ngaji, diskusi dan aksi, karena intelektual sangat mempengaruhi decision making dan problem solving. Sehingga bisa semakin bijak dalam menyikapi sesuatu.

Hal yang paling penting dalam memilih menjadi dewasa ini adalah selalu memohon bimbingan Allah, dan menjadi dewasa adalah semata-mata demi menyempurnakan perjalanan menuju-Nya agar dapat meraih keridhoan-Nya..

Saatnya katakan: “saya akan belajar menajdi dewasa,,,bismillah..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar