Selasa, 06 Juli 2010

Kenapa?



Kenapa kamu milih jurusan psikologi? Kenapa masuk UIN? Kenapa bajunya gak pake warna biru aja? Kenapa harus rapat jam 6 pagi? Kenapa sih kamu masih kekanak-kanakan? Kenapa kemaren gak jadi pulang kampung? Kenapa…..????!!!


Masih banyak kenapa-kanapa lainnya yang senantiasa ditujukan pada kita. Terkadang mungkin sulit untuk dijawab, karena memang kita tak memikirkan alasan itu sebelumnya. Namun terkadang juga mudah, karena hal tersebut dilakukan atas suatu prencanaan. “Kenapa” ini mungkin juga jadi hal yang terus muncul dan membuat bosan untuk menjawabnya *atau emang gak bisa jawab… tuing tuing @_@.

Ada beberapa alasan si “kenapa” ini dilontarkan oleh seseorang.
1.bisa jadi karena si penanya benar-benar ingin mengetahui alasan suatu hal tersebut dan memahaminya untuk kemudian dapat menentukan apa yang akan dia lakukan. Misalnya:
Tanya: “kenapa kemaren gak nelpon?”
Jawab: “iya maaf, soalnya kemaren gak ada pulsa” (klise banget yaks, hihi)
Nah, ketika jawabannya memuat suatu alasan yang informatif ataupun dapat di terima oleh si penanya, maka si penanya ini dapat mengambil respon/tindakan selanjutnya.

2.Yang kedua bisa jadi ingin mengambil informasi yang sekiranya akan tersampaikan dari jawaban orang yang di tanya. Misalnya:
A: “Kenapa masuk UIN?”
B: “soalnya selain dapet ilmu umum, ilmu agamanya juga langsung dapet. Terus di UIN ada organisasi yang dapat mengembangkan berbagai potensi kita yaitu KAMMI. KAMMI ini organisasi terkeren se-UIN. Berbagai ilmu bisa dapet deh di KAMMI ini, soalnya ukhuwahnya kan luas, bisa sharing dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai kampus dan dari berbagai latar belakang.” *huaahahaha, promosi KAMMI
A: “oohh gitu, emang KAMMI organisasi kayak gimana? Apa saya boleh ikutan?”
B: “boleh boleh boleh, boleh banget..!! KAMMI itu…. bla bla bla..”

3.karena penanya tersebut perhatian. Misalnya:
Udin: “kenapa kamu pake baju batik?”
Usro: “pengen aja” (jawaban paling simple n bisa di gunakan setiap saat, wkwkwk)
Udin: “yaa, terserah kamu sih, tapi masalahnya kita kan disini mau maen bola, masa kamu pake batik?!!”

4.karena ISENG. Ya emang karena gak ada obrolan lain aja. Nah “kanapa” ini dilontarkan begitu saja. Jadi, apapun jawabannya minumnya teh botol sosro bagi si penanya gak ngaruh tuh. Misalnya:
orang iseng gak ada kerjaan: “menurut loe, kenapa gue ganteng banget?”
orang yang diisengin: “ya mungkin sebenarnya itu karena mutasi kode DNA akibat sinar X, PADAHAL seharusnya gak ganteng”
orang iseng gak ada kerjaan: “heheheheeheheheheeh *sambil cengar cengir* berarti loe ngakuin donk kalo gue ganteng! Gue emang ganteng banget sih”
orang yang diisengin: *jeeehh salah ngomong gue*

5.Kebetulan penulis belum menemukan alasan lainnya, wekks.

Nah pertanyaannya sekarang “KENAPA juga saya nulis artikel ini?” “keknya gak ada kerjaan”. “bisa bisa bisa.. alasan lain karena begitu banyak “kenapa” yang belum bisa saya jawab, hiks..”

Pertanyaan “kenapa” ini sebenarnya bisa jadi sebagai pengingat terhadap NIAT kita melakukan sesuatu. Karena Allah pun akan menilai niat tersebut. Misalnya saja ketika kita ikut baksos, terus ditanya kenapa ikutan.. nah bagi si penanya mungkin alasannya karena beberapa hal yang ditulis diatas, sedangkan bagi yang ditanya itu suatu pengingat apa niat kita sebenarnya. Apa ikut baksos gara-gara dipaksa? Apa karena ingin membantu sesama manusia dan mencari ridho Allah? Apa karena ngisi waktu luang? Cari pengalaman? Atao iseng-onseng berhadiah??? Oke, jika ternyata salah niat, bisa diluruskan kembali kan.. yupz, karena ada pertanyaan “kenapa” itu.

Tapi saya sendiri masih bingung, apakah semua hal itu HARUS ada alasannya? Karena ada hal yang jika ditanya “kenapa” sangat sulit menemukan jawabannya. ada pendapat???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar