Senin, 25 Juni 2012

"Apalah Arti Sebuah Nama"

Tadi sore aku memesan  air galon untuk di kosan. Beberapa waktu kemudian seorang bapak-bapak mengantarkannya ke kosanku dan membantu memasangkannya di dispenser. Selagi memasangkan itu dia menanyakan salah satu kamar di kosan ini yang juga memesan air galon. Lalu dia bercerita mengenai keponakannya yang sudah seminggu tak mebantunya karena keperluan tertentu, hingga di harus mengantarkan pesanan-pesanan galon yang begitu banyaknya. 

“neng, kosan-kosan disini mah pada pesen airnya ke bapak semua” sambil menyebutkan hampir seluruh daerah kosan di sekitar UIN. “makanya cape banget, kamaren aja sampe jam 10 malam” lanjutnya. "lumayan juga" kataku dalam hati.
Setelah selesai memasangkannya aku membayar, sambil mencari kembaliannya di tas si bapak lanjut bercerita. “nih kamar ini dulu sering banget pesen galon” sambil menunjuk sebuah kamar yang sudah ganti penghuninya, “tapi bukan mahasiswa UIN, mahasiswa XXX”. Kembalian sudah ada, aku mengucapkan terimakasih.

Sebelum pergi si bapak kembali bercerita lagi, “tapi kelihatan beda sih mahasiswa UIN sama yang bukan”, penasaranku muncul. “beda apanya pak?” tanyaku. “ya itu, kalau mahasiswa XXX pakaiannya itu, haduh.. segini nih!!” sambil mengisaratkan celana “super pendek”. “bapak nganter galon di luar, disuruh masuk, gak inget apa itu pakaiannya segimana, ckck” dia terus bercerita sambil bergidig. “kalau mahasiswa UIN mah gak gitu, rapi” sambil tertawa, “hehe” aku tertawa kecil. Si bapak itu kemudian pergi, mengantar galon ke kamar yang lain. 

Pernah juga satu waktu saat aku naik ojek, “neng, mahasiswa UIN?” Tanya tukang ojek. “iya” jawabku. “kelihatan sih, soalnya beda”. “beda gimana pak?” giliran aku yang bertanya, “iya kalau mahasiswa UIN kerudungan, rapi-rapi. Kalau mahasiswa XXX keluar aja suka pake celana pendek,  paha kemana-mana, kaos ketat, ya laki-laki mah seneng-seneng aja liat yang gitu, tapi ya dianggap murah. Kalau cari istri kan tetep aja nyari yang baik-baik, yang auratnya gak di pamer-pamerin”

***

Mungkin fenomena memamerkan aurat ataupun menutup aurat itu bisa terjadi di seluruh kampus. Yang memamerkan auratnya tidak hanya mahasiswa kampus XXX, tapi juga kampus UIN dan kampus yang lainnya. Dan yang menutup aurat tidak hanya di kampus UIN tapi bisa juga di kampus XXX dan kampus lain. Aku pikir ini keberkahan dari sebuah nama. Yang berimbas pada sebuah system.

UIN.. universitas islam negeri. Iya, embel-embel “islam” yang tertera di nama kampus ini menjadi keuatan tersendiri dalam membentuk karakter mahasiswanya. Tak dipungkiri mahasiswa yang masuk kesini banyak lulusan dari Madrasah Aliyah dan juga pesantren, tapi tak sedikit juga dari SMA umum. Banyak yang tadinya tak berkerudung, jadi berkerudung. Kewajiban bagi mahasiswi untuk berkerudung jika berkuliah di UIN adalah dampak dari sebuah system, yang juga konsekuensi dari sebuah nama yang jelas tertera di kop-kop surat, di gerbang kampus, terpatri di gedung rektorat, tersebar diseluruh penjuru kampus –Universitas ISLAM Negeri. Jilbab mungkin jadi awalan karakter yang melekat di UIN, kedepannya semoga bertambah karakter-karakter islam lainnya.

Sekali lagi, ini berkah dari sebuah nama. Nama adalah doa, semoga nama “islam” yang menjadi bagian dari nama kampus UIN ini, benar-benar menjadi karakter yang melekat dalam diri semua mahasiswanya, menjadi identitas dirinya, menjadi kepribadian dari masing-masing civitas akademika. Semoga!

“save our campus!”

Cibiru, 25 Juni 2012 – 21:27


Tidak ada komentar:

Posting Komentar