Rabu, 21 Desember 2011

Alhamdulillah, aku bisa baca!

Kemarin seperti biasa aku nongkrong di RS. Pasien kali ini tidak terlalu banyak walaupun tidak bisa dikatakan sedikit juga. Saat itu aku lebih sibuk dengan pencatatan data pasien. Sedangkan untuk tes MMPI hanya memberi petunjuk pengerjaannya saja. Hingga ada satu pasien yang perlu di tes, lalu aku lihat pasiennya. “masih parah” itu yang terlintas dari observasiku beberapa saat. Pandangan masih kosong, diam, ditanya gak jawab. Oke baiklah, yang harus mengerjakan tesnya berarti keluarga pasien. Ada 2 orang yang mengantar pasien (suami-istri), umurnya sekitar 50-60an. Saat aku Tanya,” bapak bisa baca?” jawabnya “bisa”. Sippz, aku beri petunjuk pengerjaannya, lalu aku kembali pada pekerjaanku: mencatat, masih banyakk euy!!

Ditengah kesibukkanku, aku lihat suami-istri itu mengerjakan bersama-sama, sedangkan si pasien hanya duduk, diam dan “bengong”. Mereka bisa mengerjakan gak ya? Ahh,,, selama tidak meminta bantuan, berarti mereka bisa (hampir semua seperti itu). Karena, hampir selalu jika yang tidak bisa baca akan meminta untuk dibacakan, begitu juga dengan yang bacanya kurang lancar, atau jika membaca sendiri akan mengeluh sakit kepala. Untuk kasus seperti ini, biasanya tes itu akan dibacakan olehku, atau teteh2 yang lain.

Aku izin sholat dulu,, saat kembali, suami-istri itu masih mengerjakan. Kok lama banget ya? hmm.. padahal rumah sakit sudah sepi. Lalu aku duduk dekat mereka, saat dilihat “waduh,, baru mengerjakan sekitar 2/3, padahal udah lamaaaa banget”. Aku nimbrung disitu, lalu melihat mereka berdua membaca bersama-sama. “Ji-ka a-ku di- di- be---ri kes-sem-pa-tan.. a-ku bi-sa…” begitulah cara mereka membaca. Astagfirullah.. Ya Allah,, maafkan aku,,, ternyata mereka membacanya sangat terbata-bata. Maafkan jika aku tidak peka… :(. Tapi tetap saja aku membela diriku… “Kenapa mereka gak minta tolong aja sih? Padahal ada teteh2 yang nganggur juga disitu, kan bisa dibacain”.

Lalu aku bacakan soalnya, mereka tinggal jawab iya atau tidak. Beberapa saat kemudian selesai.

“neng nuhun pisan nya, jadi ngerepotkeun”, begitulah kata mereka.

Makasih?? Padahal aku hanya membacakan 2halaman HVS. Hal yang bisa dilakukan dalam sekejap bukan? Sangat mudah. Hmmm… Allah mengingatkan untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmatnya dengan berbagai cara. Dan kali ini aku diingatkan melalui suami-istri yang pantang merepotkan orang lain. Jadiii..yuk, kita bersyukur karena bisa baca. Katanya bersyukur atas nikmatnya diberi akal adalah dengan menggunakannya untuk berpikir. Lalu bersyukur atas nikmatnya bisa baca apa? Yaa.. sering membaca mungkin yaa.. :)

Jangan sampai yang bisa baca malah menyianyiakannya dengan jarang baca. Sedang diluar sana ada orang tidak bisa baca yang hanya untuk membaca beberapa halaman saja butuh usaha ekstra.

Fabiayyi aalaa irobbikumaa tukadzdzibaan… :)

Cibiru, 21 Desember 2011 – 15.18
(sambil menunggu adzan ashar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar