Rabu, 11 Februari 2015

[Belajar dari Jokowi #1] Insiden Kancing Jas


Beberapa hari ini ramai pemberitaan mengenai kancing bawah jas Jokowi yang mungkin terlupa untuk dikancingkan. Hal tersebut dianggap menjadikan penampilan Jokowi sangat tidak rapi (dan katanya juga memalukan, menjatuhkan wibawa), apalagi itu terjadi saat acara kenegaraan. Lalu muncullah pertanyaan, bukankah disitu ada istrinya? seharusnya istrinya lah yang memastikan kerapian pakaian sang suami. Itu tanggungjawab istri, -katanya.

Saya pikir memang demikian, tapi bukan berarti itu 100% kesalahan istri, bisa saja kan mereka berdua sama-sama tidak ngeuh. Khilaf. Hanya saja, memang sudah  seharusnya istri siaga menjaga kewibawaan/kehormatan suaminya, salah satunya masalah pakaian. Dengan catatan, suami pun demikian terhadap istri.

“sudahlah, jangan dibesar-besarkan, itukan hanya masalah kancing jas saja” ada juga yang bernada seperti itu. Benar juga, tapi sayangnya Jokowi seorang presiden suatu Negara yang akan selalu menjadi sorotan jutaan orang. Yang juga dipundaknya dibebankan kewibawaan dan kehormatan bangsa. Maka ya wajar-wajar saja jika menjadi bahan pembicaraan.

Bagaimana jika itu terjadi pada kita yang bukan presiden atau orang terkenal. Baju yang kita kenakan ada yang robek saja mungkin hanya jadi sorotan beberapa orang atau bahkan mungkin tak ada yang peduli.

Ini cukup membuat ‘heboh’ padahal hanya masalah pakaian yang dikenakan oleh fisik, oleh raga semata, dan hanya menjadi penilaian makhluk yang kadang juga memiliki standar ganda. Pertanyaan besarnya adalah  “Bagaimana jika itu masalah keimanan dan ketakwaan? apakah hanya presiden yang menjadi sorotan?” Jelas tidak! Allah tidak membeda-bedakan seseorang melalui jabatannya atau kedudukannya di dunia. Dalam urusan ini kita pun menjadi sorotan. Bahkan menjadi sorotan Penguasa segala makhluk.

Jika keimanan dan ketakwaan seseorang ada yang ‘kurang’ atau ‘tidak pas’ siapa yang bertanggung jawab atas hal itu? selain dirinya sendiri tentu saja pasangannya, anaknya, orangtuanya, atau saudaranya dan juga saudara seiman. Sama seperti insiden kancing jas Jokowi, jika seorang suami alfa untuk bersedakah, sudah seharusnya istri yang mengingatkan, istri turut menjaga kedudukan suaminya, bukan dimata makhluk, tapi langsung dimata Allah. Jika istri berbuat maksiat, tentu saja suami yang bertanggungjawab untuk memperbaiki kesalahan itu, agar penilaian Allah tetap baik bagi istrinya.

Seperti juga Jokowi yang jika ada kekurangan maka akan berdampak besar bagi bangsa, keimanan dan ketakwaan pun jika bermasalah akan berdampak pada keluarga, orang-orang sekitar, masyarakat dan bahkan juga bangsa. Seperti jika ada bencana di suatu negara, bisa saja itu azab dari Allah karena orang-orangnya banyak berbuat maksiat, kurang ketakwaannya pada Allah. Jika ada satu anggota keluarga yang berbuat maksiat, bisa jadi itu penghalang rezeki keluarga. Atau seorang ibu yang lalai beribadah, lalu dampaknya anaknya pun ikut lalai dalam beribadah dan terbawa terus hingga ia dewasa. Tanggungjawab siapa itu? Kita.  Yuk, saling mengingatkan…

Cianjur, 11 Februari 2015 - 00:41 

1 komentar: