Senin, 29 November 2010

Sebuah Cerita




Kuliah Metodologi Penelitian II hari jumat kemarin membahas materi case study. Dalam perkuliahan itu, dosennya menceritakan sebuah kasus yang katanya bisa dijadikan penelitian dengan metode case study. Terlepas dari bisa atau tidaknya dijadikan penelitian, fokus ketertarikanku justru pada isi ceritanya..

Cerita ini mengenai kehidupan seorang laki-laki yang sudah menikah dan sudah mempunyai anak. Saat lelaki tersebut berumur 38 tahun, istrinya mengalami sakit yang sangat parah hingga tak bisa berbuat apa-apa. Semuanya harus dibantu, untuk makan, mandi, termasuk buang air. Tentu saja istrinya tak bisa lagi melayani kebutuhan suami, khususnya kebutuhan lahiriah. Sakit itu tak kunjung sembuh, hingga suatu saat istrinya menyuruh dia untuk menikah lagi. Secara psikologis tentu istri akan merasa bersalah saat dia tak mampu berbuat apa-apa untuk suaminya, tak bisa lagi menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Begitupun dengan anak-anaknya, merekapun mendukung agar ayahnya menikah lagi, mereka ridho jika ayahnya mencari pengganti ibunya. Kata orang-orang, umur 40an itu merupakan puber ke-2, saat istri tak lagi bisa melayani dan memberi ridho suami menikah lagi, mungkin ini menjadi sebuah pilihan yang berpeluang besar untuk diambil oleh sang suami. Tapi ternyata suami menolak dengan tegas,bahwa dia tidak akan menikah lagi! Lelaki itupun melarang anak-anaknya untuk mengurus ibunya, biar dia saja yang mengurusnya sendiri. Saat ini lelaki tersebut berumur sekitar 50 tahun dan masih merawat istrinya. Kemudian dia ditanya mengapa masih bertahan dalam kondisi seperti itu? dia menjawab “saya menikahi istri saya bukan karena nafsu, saya menikahi dia dengan niat yang tulus, biarlah Tuhan yang mengetahui semuanya”

Subhanallah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar