Minggu, 21 November 2010

Anak itu nakal banget sih!



Pernah mendengar orang bilang kayak judul diatas? Atau pernah dengar orangtua ngomong gini:
“ini anak susah diatur banget, bisa diem gak kamu?!”
Atau
“ayo, masa ngerjain segitu PR segitu aja gak bisa, kalo maen aja gak ada yang ngalahin nakalnya kamu”

Yupz, tak jarang kalimat tersebut meluncur dari mulut seorang ibu/ayah/orang yang lebih tua dari anak. Taukah kita tanpa disadari saat lingkungan (orangtua, keluarga, ataupun orang lain) mengatakan bahwa “kamu nakal” maka secara tidak langsung itu akan terinternalisasi kedalam diri anak. Dalam otak anak itu seolah-olah terngiang “ooh iya, aku nakal”
Ingat GAK ADA ISTILAH NAKAL PADA ANAK!

Oke, kalo ternyata anak itu lebih “aktif” dibanding anak-anak yang lainnya. Coba telusuri dulu, kalo istilah aa gym, instropeksi diri dulu lah.

Apa kita jarang memperhatikan anak? Jarang mendengarkan dia?
Apa kita suka marahin anak tanpa anak tau kesalahan dia?
Apa pernah kita melarang sesuatu terhadap dia tanpa diberi tahu alternative tindakan yang harus dia lakukan?
Apa kita sering menggunakan “bahasa orang dewasa” ketika berbicara pada anak?
Apa emang dari awal kita udah men-cap bahwa anak itu nakal?


Jika “ya” mungkin anak itu tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan apa yang dia inginkan. Cara yang dia tahu adalah dengan berbuat lebih “aktif”. Saat anak melakukan suatu hal yang dianggap suatu kesalahan, maka beritahu bahwa itu salah dengan bahasanya lalu beri alternative tindakan yang harus dia lakukan. tidak harus dengan ngomel panjang lebar

Contoh kasus:
Suatu hari anak bermain diruang tamu, dia berlari-lari, loncat-loncat hingga ruangannya agak berantakan. Padahal sebentar lagi akan ada tamu yang datang.

Scene1
Orangtua: “kamu itu ya, jangan lari-lari diruang tamu, ruang tamunya jadi kotor, jadi berantakan, nanti kalo ada tetangga gimana, sebentar lagi ada tamu yang mau kesini, liat mejanya jadi penuh sama mainan kamu, vas bunganya jatoh, terus bla bla bla bla bla”
anak: “mamah ngomong apa sih?” (glek -_-‘)
Ya iyalah anak mana ngerti dikasih omelan kayak gitu, yang ada mah pusing ngedengerin ocehan sepanjang itu. Kita aja kalo lagi kuliah suka gak inget apa yang disampaikan sama dosen, hihi.

Scene 2
Orangtua: “de, mainnya diruang tengah aja yuk. Supaya ruang tamunya gak berantakan, ya?”
Tunggu respon si anak, lalu jelaskan sedikit demi sedikit mengapa jangan bermain di ruangan itu.
Dan hindari kata “jangan” karena justru otak anak akan menyingkirkan kata-kata “jangan/tidak”. Misalnya “jangan lari!” justru yang diingat Cuma “lari!”. Pilih kata yang baik untuk mengganti kata “jangan/tidak”.

Pernah ada kasus anak yang lebih “aktif” dibanding teman-temannya. Lalu datang psikolog
Dan si guru ini ngomong:
“ini lho bu anak nya, anak ini nakal banget kalo di sekolah, suka gangguin temen-temennya” sambil anaknya dipegang dan dihadapkan ke psikolognya.

aaarrggg, pengen nyumpal tuh mulut gurunya! aduh tolong ya gak usah bilang gitu depan anak! Belum pernah ngerasain di timpuk sama buku DSM-IV apa?! *kesel mode: ON*


Coba bayangin, anak yang mungkin emang dia lebih aktif, tapi dibikin lebih jatoh di depan orang lain dan yang berbicara adalah gurunya sendiri. Secara postur tubuh guru itu lebih besar dan lebih tinggi dari anak, kebayang donk bagi anak, orang yang lebih tua adalah sosok yang punya “kekuasaan”, cara melihatnya pun pasti dia harus menengadah ke atas. Selain itu yang dikatakan adalah sisi-sisi negatifnya. Hal itu secara psikologis bisa membuat self-esteem anak jadi turun. anak itu akan bingung, rasakan perasaannya!

Ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi saat anak di cap “nakal” oleh lingkungannya, yaitu anak akan menarik diri dari lingkungan atau justru menjadi seorang seperti yang dikatakan oleh lingkungan. See?!

Anak itu amanah dari Allah, maka jagalah dia.
Anak itu bisa membuat kita bahagia maka bahagiakan juga dia
Anak itu bisa menyelamatkan kita di akhirat dengan kesholehannya maka didiklah dia
Dan anak itu seorang manusia yang mempunyai hati dan akal, maka berbicaralah dengan lembut. Sayangi dia, hangatkan dia dengan sinar keimanan dan ketakwaan dari indahnya Islam. Wallahu ‘alam.

Cibiru, 21 November 2010 – 21:13

2 komentar:

  1. vey....
    jangan jadi anak baik
    vey.....
    jangan ngajar di ciporeat
    vey...
    jangan ngadain baksos
    vey...
    jangan rajin kuliah
    vey...
    hilangkan kata jangan ...
    :lol:


    wkwkwk peaaceee....

    BalasHapus
  2. wkwkwk..

    semoga kata "jangan" dari teteh langsung ilang di kepala vr :D
    aminn
    aminn
    aminn

    BalasHapus